[GENOCCI: Get to Know with CIMSA Alumni] MASKNE
Mulai merasa jenuh dengan aktivitas yang monoton, dirumah saja, ngemil seharian, dan social distancing? Yuk, manfaatkan waktu luang untuk lebih mengenal jenis kulit dan permasalahan kulit kamu disaat pandemi. Semenjak pandemi COVID-19, salah satu upaya pencegahan terhadap transmisi virus COVID-19 adalah dengan menggunakan masker secara kontinu. Namun demikian, penggunaan masker dalam jangka waktu tertentu menimbulkan berbagai efek samping dan yang paling sering, yaitu akne/jerawat.
Maskne atau mask-acne adalah suatu istilah yang merupakan gabungan dua kata yaitu mask dan acne. Istilah ini populer sejak penggunaan masker menjadi salah satu cara dalam mencegah transmisi infeksi COVID-19 pada awal Maret 2020 di media sosial. Istilah ini digunakan untuk setiap kondisi kulit berjerawat atau iritasi pada wajah terutama pada area yang tertutup masker seperti pada area hidung sampai dagu.
Akne yang berkaitan dengan penggunaan masker pada wajah masih belum digolongkan secara definitif dalam pembagiannya. Selain itu, penanganannya perlu mendapatkan perhatian khusus karena penggunaan masker dalam jangka waktu yang lama pada era pandemi COVID-19 dapat meningkatkan kejadian akne dan pasien akne cenderung untuk menyentuh wajah bahkan melepas masker karena adanya keluhan gatal atau lesi akne yang mengganggu. Penanganan non farmakologis seperti penggunaan dan pengelolaan masker yang baik dan benar merupakan hal yang penting selain penanganan farmakologisnya. Belum banyak penelitian mengkaji efektivitas masker dan kaitannya dengan maskne ini.
Timbulnya maskne diduga karena adanya gabungan dari adanya friksi, tekanan berulang, keringat, atau stres pada kulit yang menimbulkan akne atau eksaserbasi dari akne yang sudah ada. Dengan gambaran klinis seperti ini, maka maskne dapat digolongkan dalam akne mekanika. Akne mekanika didefinisikan sebagai eksaserbasi lokal akne akibat tekanan, friksi, gesekan, atau tarikan. Faktor pencetus terjadinya akne mekanika yang sudah diketahui adalah tekanan mekanis akibat material pakaian seperti tali atau pita atau ikat pinggang yang ketat, dan peralatan olahraga.
Maskne juga bisa digolongkan sebagai akne okasional. Akne okasional merupakan entitas dimana akne tersebut bersifat sementara dan bisa sembuh sendiri, dapat terjadi pada individu yang tidak rentan terhadap akne dan biasanya didahului oleh adanya faktor pencetus tertentu. Faktor pencetus yang diidentifikasi pada akne okasional antara lain gangguan produksi sebum, iritasi akibat kontak dengan bahan tertentu, gangguan ritme kortisol dan gangguan tidur serta stres psikologis.
Kejadian maskne telah dilaporkan di berbagai publikasi. Pada masa epidemi Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) tahun 2004, Tan melaporkan kejadian akne akibat penggunaan masker N95 pada petugas kesehatan yang menangani pasien SARS. Saat ini, pada masa pandemi COVID-19, Changxu Han melaporkan melaporkan 24 orang penderita akne akibat penggunaan masker. Dari 24 orang tersebut, sebagian besar mempunyai riwayat akne sebelumnya dan mengalami eksaserbasi sedangkan 5 orang dilaporkan mengalami akne untuk pertama kalinya. Semua penderita maskne tersebut bekerja di bidang kesehatan.
Berikut panduan penggunaan masker yang tepat untuk mencegah terjadinya maskne:
Membersihkan tangan sebelum mengenakan masker.
Istirahat 15 menit setelah 2 jam memakai masker.
Memposisikan masker dengan hati-hati dan pastikan masker menutupi mulut dan hidung.
Tidak menyentuh wajah dan masker saat mengenakan masker.
Melepas masker dengan teknik yang sesuai yaitu jangan menyentuh bagian depan masker melainkan lepas ikatan masker dari belakang.
Mengganti masker setiap 4 jam untuk masker bedah dan 3 hari untuk masker N95.
Untuk masker kain maupun masker N95 setelah digunakan harus disimpan dalam plastik khusus yang tertutup.
Pengguna masker dengan tipe kulit berminyak dapat membersihkan wajah dengan menggunakan tissue basah yang mengandung pelembab secara teratur setelah melepas dan sebelum menggunakan masker yang baru.
Selain itu, direkomendasikan juga menggunakan produk pembersih wajah dan pelembab yang mengandung bahan yang dapat mengontrol kadar sebum.
Mencuci wajah 2 kali sehari dengan air yang bersih dan sabun wajah yang lembut dan tidak bersifat basa.
Menghindari penggunaan kosmetik dekoratif yang berlebihan hindari menggunakan make up atau riasan tebal. Sebab, make up tebal bisa menyumbat pori-pori dan memicu munculnya jerawat.
Apabila timbul maskne, maka membutuhkan penatalaksanaan farmakologik terhadap kejadian maskne ini meliputi penggunaan produk kosmetik perawatan wajah atau skincare seperti pembersih wajah, pelembab dan tabir surya, penggunaan obat anti-akne baik sistemik maupun topikal.
Oleskan pelembab agar kulit wajah tetap terhidrasi dan pilih pelembab sesuai dengan jenis kulit. Bagi yang memiliki kulit sensitif atau bermasalah dianjurkan memakai pelembab yang bersifat hipoalergenik untuk mencegah munculnya reaksi alergi pada kulit wajah.
Menggunakan tabir surya. Gunakan tabir surya untuk melindungi kulit wajah dari sinar UV serta pilihlah jenis tabir surya sesuai aktivitas sehari-hari. Penggunaan tabir surya yang baik adalah yang memiliki kandungan SPF minimal 30 %, PPA ++, ringan, dan bebas minyak.
Ultimately, the goal of treating maskne is to limit the spread of bacteria.
Tentang Penulis
dr. Cut Rizka Rahmi, M.Sc lahir di Banda Aceh, 14 Januari 1990. dr. Cut Rizka Rahmi, M.Sc atau yang akrab disapa Kak Ami merupakan LEO CIMSA FK USK 2009-2010, Supervising Council 2010-2011 dan Vice NEO CIMSA 2010-2011. Pada 2007-2011, Kak Ami menempuh S1 Pendidikan Dokter di Fakultas Kedokteran USK. Pada 2014, Kak Ami telah menyelesaikan Profesi Dokter. Kemudian Kak Ami melanjutkan S2 Medical Education-IGPM di Taipei Medical University dan lulus pada 2019 lalu. Saat ini Kak Ami menjadi Dokter Penanggung Jawab di Albezits Aesthetic Clinic.
Source of image: http://www.maknabisnis.com/2020/09/jangan-remehkan-maskne-apa-itu-maskne.html
Comments